perbedaan jantan betina

Perbedaan morfologi dan anatomi pada ikan nilem (Osteochillus hasselti).

Perbedaan
Jantan
Betina
Morfologi
1.      Warna lebih terang.
2.      Ukuran tubuh lebih kecil.
3.      Perut mengembang ke arah samping dan ke arah lubang pelepasan


1.      Warna lebih gelap.
2.      Ukuran tubuh lebih besar.
3.      Perut mengembang


Anatomi
1.      Gonad berbentuk sperma bewarna putih

1.      Gonad berbentuk sel telur bewarna kecoklatan


ekosistem


Ekologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang berasal dari bahasa Yunani “oikos” (rumah atau tempat tinggal) dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkunganya atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup.
Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem terestrial dan Lentik (Odum, 1993). Ciri-ciri umum daerah aliran sungai adalah semakin kehulu daerahnya pada umumnya mempunyai tofograpi makin bergelombang sampai bergunung-gunung. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh organisme. Ekosistem merupaka tingakat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupaka satu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Ekosistem tidak hanya mencangkup spesies tumbuhan dan hewa saja, tetapi segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem itu serta energi yang menjadi sumber kekuatan (Black, 1991).
Di dalam sungai terdapat tingkatan organisme yaitu spesies. Spesies adalah tingkatan taksonomi terendah dimana anggotanya tidak terisolir secara reproduktif, yang dimaksud terisolir ialah tidak mempunyai keturunan. Kemudian masuk ke tingkatan selanjutnya ialah populasi yang merupakan kumpulan kumpulan organisme satu spesies yang menempati ruang yang sama dan dalam waktu tertentu(Odum, 1993).
Populasi dapat di deskripsikan dengan melihat parameter-parameternya, salah satunya ialah dengan menghitung kelimpahan absolutnya. Kelimpahan absolut dapat dilakukan dengan menggunakan metode sensus, metode kuadrat, yang bergantung pada heterogenitas dandistribusi spasial, temporal, dan capture and recapture methods. Komunitas merupakan kumpulan dari populasi dalam ruang dan waktu yang sama. Untuk menguku suatu komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter diantaranya: kekayaan spesies, komposisi setiap populasi bebeda-beda dan abstraksi yang menjadi indeks-indeks yaitu indeks keragaman, indeks pemerataan dan indeks dominan.
Makrobenthos hidup di perairan yang kualitas airnya mendukung. Kualitas air yang mendukung meliputi suhu, pH, kecepatan arus, dan oksigen terlarut. Makrobenthos yang hidup di kualitas air yang baik akan memiliki jumlah spesies banyak. Makrobenthos dalam pergerakannya dengan cara merapung. Perggerakan merapung makrobenthos dipengaruhi oleh arus yang mengalir (Akhirani, 2004). Makrobenthos memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa tingkatan tropik pada rantai makanan. Peranan penting tersebut dikarenakan  makrobenthos  dapat  mengubah materi-materi authokton dan alokhton, sehingga memberi kemudahan mikroba untuk mengubah bahan organik menjadi bahan anorganik.
Bentik atau bentos merupakan orgenisme yang hidupnya pada permukaan air atau di dalam dasar suatu perairan, dengan cara menempel pada batu, pasir, atau lumpur (Syamsudin dan Komar, 1982). Bentik sungai memiliki karateristik mengikuti arus air yang mengalir pada suatu sungai. Ekosistem dalam perairan terbagi menjadi ekosistem lentic dan lotic. Sungai merupakan tipe perairan mengalir. Odum (1993), menyatakan bahwa perairan mengalir adalah suatu bentuk ekosistem yang mempunyai ciri khas yaitu adanya aliran air yang menuju kesatu jurusan dan mendapat tambahan air baru dari satu jurusan yang lebih tinggi tempatnya.
Sifat bentik suatu perairan cenderung mendiami daerah dalam sungai. Pola ekosistem sungai mengikuti pola aliran dari hulu hingga hilir. Bentik pada perairan seperti sungai sangat berperan dalam rantai makanan suatu ekosistem, seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993).
Perubahan kondosi pada suatu perairan sangat mempengaruhi hewan makrobentos yang ada pada perairan tersebut. Menurut Pradinda (2008), menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena makrobentos memiliki pola hidup yang relatif menetap sehingga hewan tersebut selalu melakukan kontak dengan asupan-asupan limbah yang masuk tiap harinya. Adaptasi yang dilakukan oleh makrobentos terhadap lingkungannya inilah yang menimbulkan kesan hewan ini dapat merekam hal yang terjadi pada perairan (Odum, 1993).
Makrobentos memiliki peranan ekologis yang penting yaitu sebagai penyedia makanan bagi hewan yang tingkatan tropiknya lebih tinggi, berperan dalam menyuburkan dasar perairan, berperan sebagai bioindikator lingkungan perairan, sebagai rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus materi. Komposisi genus dan kelimpahan makrobentos dapat dikontrol dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor kimia, faktor fisika, maupun faktor biologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah suhu, arus, salinitas, kadar oksigen didalam air, PH, kandungan bahan organik dalam air, bioturbasi dan pemangsaan (Odum, 1971).
Makrobentos hidup di setiap perairan yang memiliki kisaran toleransi yang sesuai dengan dirinya. Dalam hidupnya makrobentos memiliki sifat pergerakan yang berbeda, yaitu bergerak secara pasif dan bergerak aktif. Makrobentos yang bergerak secara aktif dilakukan untuk mencari sumber makanan dan mencari daerah dengan substrat yang cocok, pergerakan ini biasa disebut dengan perilaku merapung (Otto, 1976). Pada saat makrobentos merapung lama waktu yang diperlukan untuk turun kedasar sungai dan hidup sebagai bentos bergantung dari kecepatan arus, property fisik dari hewan tersebut (ukuran tubuh, kepadatan dan perilaku hewan), (Mc Lay, 1970 dalam Setijanto, et al. 1998).
Selain untuk mencari sumber makanan dan substrat yang cocok, perilaku merapung juga bertujuan untuk menghindari diri dari predator, menghindari diri dari pengaruh persaingan antarspesies, menghindari diri dari pengaruh lingkungan yang kurang baik akibat adanya pencemaran dan pergerakan yang berhubungan dengan kehidupannya. Sedangkan pergerakan makrobentos yang secara pasif terjadi karena tidak sengaja terbawa oleh arus sungai sehingga makrobentos tersebut berpindah tempat (Hauer dan Limberty, 1996).
Arus merupakan faktor fisika yang mempengaruhi keberadaan dan distribusi organisme makrobentos dari suatu habitat tempat hidupnya. Makrobentos biasanya lebih suka hidup pada daerah yang kecepatan arusnya rendah dan memiliki suhu yang sesuai dengan kisaran toleransinya. Suhu di perairan sungai sangatlah dipengaruhi oleh musim, komposisi sedimen, sirkulasi udara, tingkat kecerahan air, luas permukaan air yang langsung mendapat sinar matahari, aliran dan kedalam dari perairan tersebut. Peningkatan temperatur (suhu) dari suatu perairan menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air dan menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposi bahan organik oleh mikroba (Akhirani, 2004).
Selain faktor fisika, faktor kimia pun sangatlah mempengaruhi hewan untuk dapat hidup pada suatu perairan tertentu. Salinitas (kadar garam) dari suatu perairan itu memiliki nilai yang berbeda-beda. Salinitas dapat berfluktuasi baik secara spasial maupun secara temporal. Secara spasial, gradien salinitas dapat terjadi baik secara vertikal ataupun secara horizontal, sedangkan secara temporal tergantung pada musim dan siklus pasang surut air. Ketersediaan oksigen diperairan berasal dari aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen terjadi secara langsung dari udara kedalam air, aliran arus dan air hujan (Akhirani, 2004).
Perubahan salinitas pada suatu perairan lebih kecil pengaruhnya dibandingkan dengan perubahan suhu terhadap oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen merupakan faktor yang penting dalam lingkungan sekitar benthos itu tinggal dan hidup. Organisme yang hidupnya berada pada kedalaman tertentu akan menghadapi kondisi yang bebas oksigen (Odum, 1993).


ekosistem


Ekologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang berasal dari bahasa Yunani “oikos” (rumah atau tempat tinggal) dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkunganya atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup.
Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem terestrial dan Lentik (Odum, 1993). Ciri-ciri umum daerah aliran sungai adalah semakin kehulu daerahnya pada umumnya mempunyai tofograpi makin bergelombang sampai bergunung-gunung. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh organisme. Ekosistem merupaka tingakat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupaka satu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Ekosistem tidak hanya mencangkup spesies tumbuhan dan hewa saja, tetapi segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem itu serta energi yang menjadi sumber kekuatan (Black, 1991).
Di dalam sungai terdapat tingkatan organisme yaitu spesies. Spesies adalah tingkatan taksonomi terendah dimana anggotanya tidak terisolir secara reproduktif, yang dimaksud terisolir ialah tidak mempunyai keturunan. Kemudian masuk ke tingkatan selanjutnya ialah populasi yang merupakan kumpulan kumpulan organisme satu spesies yang menempati ruang yang sama dan dalam waktu tertentu(Odum, 1993).
Populasi dapat di deskripsikan dengan melihat parameter-parameternya, salah satunya ialah dengan menghitung kelimpahan absolutnya. Kelimpahan absolut dapat dilakukan dengan menggunakan metode sensus, metode kuadrat, yang bergantung pada heterogenitas dandistribusi spasial, temporal, dan capture and recapture methods. Komunitas merupakan kumpulan dari populasi dalam ruang dan waktu yang sama. Untuk menguku suatu komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter diantaranya: kekayaan spesies, komposisi setiap populasi bebeda-beda dan abstraksi yang menjadi indeks-indeks yaitu indeks keragaman, indeks pemerataan dan indeks dominan.
Makrobenthos hidup di perairan yang kualitas airnya mendukung. Kualitas air yang mendukung meliputi suhu, pH, kecepatan arus, dan oksigen terlarut. Makrobenthos yang hidup di kualitas air yang baik akan memiliki jumlah spesies banyak. Makrobenthos dalam pergerakannya dengan cara merapung. Perggerakan merapung makrobenthos dipengaruhi oleh arus yang mengalir (Akhirani, 2004). Makrobenthos memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa tingkatan tropik pada rantai makanan. Peranan penting tersebut dikarenakan  makrobenthos  dapat  mengubah materi-materi authokton dan alokhton, sehingga memberi kemudahan mikroba untuk mengubah bahan organik menjadi bahan anorganik.
Bentik atau bentos merupakan orgenisme yang hidupnya pada permukaan air atau di dalam dasar suatu perairan, dengan cara menempel pada batu, pasir, atau lumpur (Syamsudin dan Komar, 1982). Bentik sungai memiliki karateristik mengikuti arus air yang mengalir pada suatu sungai. Ekosistem dalam perairan terbagi menjadi ekosistem lentic dan lotic. Sungai merupakan tipe perairan mengalir. Odum (1993), menyatakan bahwa perairan mengalir adalah suatu bentuk ekosistem yang mempunyai ciri khas yaitu adanya aliran air yang menuju kesatu jurusan dan mendapat tambahan air baru dari satu jurusan yang lebih tinggi tempatnya.
Sifat bentik suatu perairan cenderung mendiami daerah dalam sungai. Pola ekosistem sungai mengikuti pola aliran dari hulu hingga hilir. Bentik pada perairan seperti sungai sangat berperan dalam rantai makanan suatu ekosistem, seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993).
Perubahan kondosi pada suatu perairan sangat mempengaruhi hewan makrobentos yang ada pada perairan tersebut. Menurut Pradinda (2008), menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena makrobentos memiliki pola hidup yang relatif menetap sehingga hewan tersebut selalu melakukan kontak dengan asupan-asupan limbah yang masuk tiap harinya. Adaptasi yang dilakukan oleh makrobentos terhadap lingkungannya inilah yang menimbulkan kesan hewan ini dapat merekam hal yang terjadi pada perairan (Odum, 1993).
Makrobentos memiliki peranan ekologis yang penting yaitu sebagai penyedia makanan bagi hewan yang tingkatan tropiknya lebih tinggi, berperan dalam menyuburkan dasar perairan, berperan sebagai bioindikator lingkungan perairan, sebagai rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus materi. Komposisi genus dan kelimpahan makrobentos dapat dikontrol dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor kimia, faktor fisika, maupun faktor biologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah suhu, arus, salinitas, kadar oksigen didalam air, PH, kandungan bahan organik dalam air, bioturbasi dan pemangsaan (Odum, 1971).
Makrobentos hidup di setiap perairan yang memiliki kisaran toleransi yang sesuai dengan dirinya. Dalam hidupnya makrobentos memiliki sifat pergerakan yang berbeda, yaitu bergerak secara pasif dan bergerak aktif. Makrobentos yang bergerak secara aktif dilakukan untuk mencari sumber makanan dan mencari daerah dengan substrat yang cocok, pergerakan ini biasa disebut dengan perilaku merapung (Otto, 1976). Pada saat makrobentos merapung lama waktu yang diperlukan untuk turun kedasar sungai dan hidup sebagai bentos bergantung dari kecepatan arus, property fisik dari hewan tersebut (ukuran tubuh, kepadatan dan perilaku hewan), (Mc Lay, 1970 dalam Setijanto, et al. 1998).
Selain untuk mencari sumber makanan dan substrat yang cocok, perilaku merapung juga bertujuan untuk menghindari diri dari predator, menghindari diri dari pengaruh persaingan antarspesies, menghindari diri dari pengaruh lingkungan yang kurang baik akibat adanya pencemaran dan pergerakan yang berhubungan dengan kehidupannya. Sedangkan pergerakan makrobentos yang secara pasif terjadi karena tidak sengaja terbawa oleh arus sungai sehingga makrobentos tersebut berpindah tempat (Hauer dan Limberty, 1996).
Arus merupakan faktor fisika yang mempengaruhi keberadaan dan distribusi organisme makrobentos dari suatu habitat tempat hidupnya. Makrobentos biasanya lebih suka hidup pada daerah yang kecepatan arusnya rendah dan memiliki suhu yang sesuai dengan kisaran toleransinya. Suhu di perairan sungai sangatlah dipengaruhi oleh musim, komposisi sedimen, sirkulasi udara, tingkat kecerahan air, luas permukaan air yang langsung mendapat sinar matahari, aliran dan kedalam dari perairan tersebut. Peningkatan temperatur (suhu) dari suatu perairan menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air dan menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposi bahan organik oleh mikroba (Akhirani, 2004).
Selain faktor fisika, faktor kimia pun sangatlah mempengaruhi hewan untuk dapat hidup pada suatu perairan tertentu. Salinitas (kadar garam) dari suatu perairan itu memiliki nilai yang berbeda-beda. Salinitas dapat berfluktuasi baik secara spasial maupun secara temporal. Secara spasial, gradien salinitas dapat terjadi baik secara vertikal ataupun secara horizontal, sedangkan secara temporal tergantung pada musim dan siklus pasang surut air. Ketersediaan oksigen diperairan berasal dari aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen terjadi secara langsung dari udara kedalam air, aliran arus dan air hujan (Akhirani, 2004).
Perubahan salinitas pada suatu perairan lebih kecil pengaruhnya dibandingkan dengan perubahan suhu terhadap oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen merupakan faktor yang penting dalam lingkungan sekitar benthos itu tinggal dan hidup. Organisme yang hidupnya berada pada kedalaman tertentu akan menghadapi kondisi yang bebas oksigen (Odum, 1993).


ekosistem


Ekologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang berasal dari bahasa Yunani “oikos” (rumah atau tempat tinggal) dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkunganya atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup.
Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem terestrial dan Lentik (Odum, 1993). Ciri-ciri umum daerah aliran sungai adalah semakin kehulu daerahnya pada umumnya mempunyai tofograpi makin bergelombang sampai bergunung-gunung. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh organisme. Ekosistem merupaka tingakat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupaka satu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Ekosistem tidak hanya mencangkup spesies tumbuhan dan hewa saja, tetapi segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem itu serta energi yang menjadi sumber kekuatan (Black, 1991).
Di dalam sungai terdapat tingkatan organisme yaitu spesies. Spesies adalah tingkatan taksonomi terendah dimana anggotanya tidak terisolir secara reproduktif, yang dimaksud terisolir ialah tidak mempunyai keturunan. Kemudian masuk ke tingkatan selanjutnya ialah populasi yang merupakan kumpulan kumpulan organisme satu spesies yang menempati ruang yang sama dan dalam waktu tertentu(Odum, 1993).
Populasi dapat di deskripsikan dengan melihat parameter-parameternya, salah satunya ialah dengan menghitung kelimpahan absolutnya. Kelimpahan absolut dapat dilakukan dengan menggunakan metode sensus, metode kuadrat, yang bergantung pada heterogenitas dandistribusi spasial, temporal, dan capture and recapture methods. Komunitas merupakan kumpulan dari populasi dalam ruang dan waktu yang sama. Untuk menguku suatu komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter diantaranya: kekayaan spesies, komposisi setiap populasi bebeda-beda dan abstraksi yang menjadi indeks-indeks yaitu indeks keragaman, indeks pemerataan dan indeks dominan.
Makrobenthos hidup di perairan yang kualitas airnya mendukung. Kualitas air yang mendukung meliputi suhu, pH, kecepatan arus, dan oksigen terlarut. Makrobenthos yang hidup di kualitas air yang baik akan memiliki jumlah spesies banyak. Makrobenthos dalam pergerakannya dengan cara merapung. Perggerakan merapung makrobenthos dipengaruhi oleh arus yang mengalir (Akhirani, 2004). Makrobenthos memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa tingkatan tropik pada rantai makanan. Peranan penting tersebut dikarenakan  makrobenthos  dapat  mengubah materi-materi authokton dan alokhton, sehingga memberi kemudahan mikroba untuk mengubah bahan organik menjadi bahan anorganik.
Bentik atau bentos merupakan orgenisme yang hidupnya pada permukaan air atau di dalam dasar suatu perairan, dengan cara menempel pada batu, pasir, atau lumpur (Syamsudin dan Komar, 1982). Bentik sungai memiliki karateristik mengikuti arus air yang mengalir pada suatu sungai. Ekosistem dalam perairan terbagi menjadi ekosistem lentic dan lotic. Sungai merupakan tipe perairan mengalir. Odum (1993), menyatakan bahwa perairan mengalir adalah suatu bentuk ekosistem yang mempunyai ciri khas yaitu adanya aliran air yang menuju kesatu jurusan dan mendapat tambahan air baru dari satu jurusan yang lebih tinggi tempatnya.
Sifat bentik suatu perairan cenderung mendiami daerah dalam sungai. Pola ekosistem sungai mengikuti pola aliran dari hulu hingga hilir. Bentik pada perairan seperti sungai sangat berperan dalam rantai makanan suatu ekosistem, seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993).
Perubahan kondosi pada suatu perairan sangat mempengaruhi hewan makrobentos yang ada pada perairan tersebut. Menurut Pradinda (2008), menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena makrobentos memiliki pola hidup yang relatif menetap sehingga hewan tersebut selalu melakukan kontak dengan asupan-asupan limbah yang masuk tiap harinya. Adaptasi yang dilakukan oleh makrobentos terhadap lingkungannya inilah yang menimbulkan kesan hewan ini dapat merekam hal yang terjadi pada perairan (Odum, 1993).
Makrobentos memiliki peranan ekologis yang penting yaitu sebagai penyedia makanan bagi hewan yang tingkatan tropiknya lebih tinggi, berperan dalam menyuburkan dasar perairan, berperan sebagai bioindikator lingkungan perairan, sebagai rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus materi. Komposisi genus dan kelimpahan makrobentos dapat dikontrol dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor kimia, faktor fisika, maupun faktor biologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah suhu, arus, salinitas, kadar oksigen didalam air, PH, kandungan bahan organik dalam air, bioturbasi dan pemangsaan (Odum, 1971).
Makrobentos hidup di setiap perairan yang memiliki kisaran toleransi yang sesuai dengan dirinya. Dalam hidupnya makrobentos memiliki sifat pergerakan yang berbeda, yaitu bergerak secara pasif dan bergerak aktif. Makrobentos yang bergerak secara aktif dilakukan untuk mencari sumber makanan dan mencari daerah dengan substrat yang cocok, pergerakan ini biasa disebut dengan perilaku merapung (Otto, 1976). Pada saat makrobentos merapung lama waktu yang diperlukan untuk turun kedasar sungai dan hidup sebagai bentos bergantung dari kecepatan arus, property fisik dari hewan tersebut (ukuran tubuh, kepadatan dan perilaku hewan), (Mc Lay, 1970 dalam Setijanto, et al. 1998).
Selain untuk mencari sumber makanan dan substrat yang cocok, perilaku merapung juga bertujuan untuk menghindari diri dari predator, menghindari diri dari pengaruh persaingan antarspesies, menghindari diri dari pengaruh lingkungan yang kurang baik akibat adanya pencemaran dan pergerakan yang berhubungan dengan kehidupannya. Sedangkan pergerakan makrobentos yang secara pasif terjadi karena tidak sengaja terbawa oleh arus sungai sehingga makrobentos tersebut berpindah tempat (Hauer dan Limberty, 1996).
Arus merupakan faktor fisika yang mempengaruhi keberadaan dan distribusi organisme makrobentos dari suatu habitat tempat hidupnya. Makrobentos biasanya lebih suka hidup pada daerah yang kecepatan arusnya rendah dan memiliki suhu yang sesuai dengan kisaran toleransinya. Suhu di perairan sungai sangatlah dipengaruhi oleh musim, komposisi sedimen, sirkulasi udara, tingkat kecerahan air, luas permukaan air yang langsung mendapat sinar matahari, aliran dan kedalam dari perairan tersebut. Peningkatan temperatur (suhu) dari suatu perairan menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air dan menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposi bahan organik oleh mikroba (Akhirani, 2004).
Selain faktor fisika, faktor kimia pun sangatlah mempengaruhi hewan untuk dapat hidup pada suatu perairan tertentu. Salinitas (kadar garam) dari suatu perairan itu memiliki nilai yang berbeda-beda. Salinitas dapat berfluktuasi baik secara spasial maupun secara temporal. Secara spasial, gradien salinitas dapat terjadi baik secara vertikal ataupun secara horizontal, sedangkan secara temporal tergantung pada musim dan siklus pasang surut air. Ketersediaan oksigen diperairan berasal dari aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen terjadi secara langsung dari udara kedalam air, aliran arus dan air hujan (Akhirani, 2004).
Perubahan salinitas pada suatu perairan lebih kecil pengaruhnya dibandingkan dengan perubahan suhu terhadap oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen merupakan faktor yang penting dalam lingkungan sekitar benthos itu tinggal dan hidup. Organisme yang hidupnya berada pada kedalaman tertentu akan menghadapi kondisi yang bebas oksigen (Odum, 1993).


biosintesis protein

biosintesis protein

BIOSINTESIS PROTEIN
Protein merupakan polimer yang berfungsi sebagai penyusun protoplasma dan struktur tubuh lainnya. Protein dapat berupa enzim atau hormone, antara lain sebagai penyusun pigmen pada tumbuhan. Penyusun hemoglobin dalam darah manusia dan hewan, serta penyusunan serum dalam plasma darah. Jenis dan rangkaian yang menyusun protein berbeda antara protein yang satu dengan protein yang lainnya. Mekanisme sintesis protein terjadi melalui dua tahap utama yaitu transkripsi dan translasi. Sintesis protein merupakan proses yang sangat kompleks. Informasi genetik yang dikode pada susunan basa DNA diterjemahkan ke dalam 20 macam asam amino.
Transkripsi adalah percetakan mRNA oleh DNA, sedangkan translasi adalah penerjemahan kode oleh tRNA berupa urutan yang dikehendaki.
Proses transkripsi terjadi selama proses inisiasi, elongasi, dan terminasi. Enzim yang berperan dalam transkripi adalah RNA polymerase. Ada lima tahapan sintesis protein dan masing-masing memerlukan sejumlah komponen. Tahap-tahap sintesis protein yaitu:
Aktivitas asam amino
Komponen yang diperlukan : 20 asam amino, 20 aminoasil t-RNA sintetase, 20 atau lebih RNA pemindahan, ATP, Mg2+.
Ini merupakan tahap pertama, yang terjadi didalam sitosol dan bukan dalam ribosom. Masing-masing dari 20 asam amino ini diikat secara kovalen dengan suatu RNA pemindah spesifik (tRNA), dengan memanfaatkan energy ATP. Reaksi ini dikatalis oleh enzim pengaktifan dan memerlukan Mg2+ sebagai kofaktor, masing-masing spesifik bagi satu asam amino dan bagi tRNAnya.
Inisiasi rantai polipeptida

Komponen yang berperan : m-RNA, N-formilmetionil-tRNA, kodon inisiasi pada mRNA (AUG), sub-unit 30s ribosom, sub-unit 50s ribosom, GTP, Mg2+, factor inisiasi (IF-1,IF-2,IF-3).
Pada tahap inisiasi, RNA polymerase menempel pada promoter, yakni urutan basa nitrogen khusus pada DNA yang dapat memberikan sinyal inisiasi transkripsi. Rantai DNA yang digunakan pada proses perekaman gen hanya satu buah, dinamakan rantai sense. Sementara rantai lainnya merupakan rantai noncoding atau antisense (tidak digunakan dalam transkripsi). Hal ini dikenali adanya promoter pada rantai sense. Umumnya, promoter mempunyai urutan gen TATAAT dan TTGACA dan rantai anti sense mengandung komplementernya (ATA TTA dan AAC TGT) yang tidak akan dikenali oleh RNA polymerase.
Merupakan tahap kedua, pembawa pesan (mRNA) yang membawa sandi bagi polipeptida yang akan dibuat diikat oleh sub-unit ribosom yang berukuran lebih kecil, diikuti oleh inisiasi asam amino yang diikat oleh tRNAnya, membentuk suatu kompleks inisiasi. tRNA asam amino menginisiasi ini berpasangan dengan triplet nukleotida spesifik atau kodon pada mRNA yang menyandi permulaan rantai polipeptida. Proses ini yang memerlukan guanosis triposfat (GTP), dilangsungkan oleh tiga protein sitosol spesifik yang dinamakan factor inisiasi.
Pemanjangan (elongasi)

Komponen yang berperan: ribosom 70s fungsional (kompleks inisiasi), t-RNA aminoasil, khususnya kodon, Mg2+, factor pemanjang (Tu, Ts dan G), GTP, peptidil transferase.
Tahap elongasi ditunjukkan oleh aktivitas RNA polymerase yang bergerak sepanjang rantai DNA sehingga dihasilkan rantai RNA yang didalamnya mengandung urutan basa nitrogen pertama sebagai hasil perekaman (leader sequence). Rantai polipeptida sekarang diperpanjang oleh pengikatan kovalen unit asam amino berturut-turut, masing-masing diangkut menuju ribosom dan diletakkan ditempatnya secara benar oleh tRNA masing-masing, yang berpasangan dengan kodonnya pada molekul RNA pembawa pesan. Pemanjangan digiatkan oleh protein sitosol yang dinamakan factor pemnjangan. Energy yang diperlukan untuk mengikat setiap aminoasil t-RNA yang dating dan untuk pergerakan ribosom disepanjang RNA pembawa pesan satu kodon deperoleh dari hidrolisis dua molekul GTP bagi setiap residu yang ditambahkan kepolipepida yang sedang tumbuh.
Terminasi dan pembebasan
Komponen yang berperan: kodon terminasi pada mRNA, factor pembebas polipeptida (R1, R2 dan S).
Ketika memasuki tahap terminasi, proses perekaman (transkripsi) berhenti dan molekul RNA yang baru akan terpisah dari DNA template. Penyempurnaan rantai polipeptida, yang dicirikan oleh suatu kodon terminasi (pengakhir) pada mRNA, diikuti oleh pembebasannya dari ribosom, yang dilangsungkan oleh factor pembebas.
Pelipatan dan pengolahan
Komponen yang berperan: enzim dan kofator khusus untuk melepaskan residu penginisiasi dan pemuka yang member syarat, untuk melakukan modifikasi residu ujung, peningkatan gugus prostetik enzim, dan modifikasi kovalen gugus R asam amino spesifik melalui pengikatan gugus fosfat, metil, karboksil, atau gugus karbohidrat.
Untuk memperoleh bentuk aktifnya secara biologis polipeptida harus mengalami pelipatan menjadi konfirmasi tiga dimensi yang benar. Sebelum atau sesudah pelipatan polipeptida baru dapat mengalami pengolahan oleh kerja enzimatik untuk melepaskan asam amino penginisiasi, dan mengikat gugus fosfat, metil, karboksil atau gugus lain pada residu asam amino tertentu, atau untuk mengikat gugus oligosakarida atau gugus prostetik.
Kodon-kodon untuk asam amino terdiri dari triplet-triplet nukleotida spesifik. Urutan basa kodon dideduksi dari percobaan dari pertologan RNA pembawa pesan sintetik yang diketahui komposisi dan urutannya.
Modifikasi setelah proses translasi meliputi:
Pemotongan proteolitik: menghilangkan residu terminal metionin, peptida signal, konversi prekursor inaktif menjadi aktif.
Glikosilasi: penambahan komponen gula.
Hidroksilasi: prolin → hidroksiprolin & lisin → hidroksi lisin (pd Kolagen).
Fosforilasi : penembahan ggs fosfar pad peptida/ asam amino.
Modifikasi lipofilik: Penambahan komponen lipid pd protein.
Metilasi : penambahan ggs metil pada residu asam amino ( misal pd aspartat & lisin). Penambahan ggs prostetik.
Pembentukan ikatan sulfida: misal pada insulin 

monggo komen