Ekologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang
berasal dari bahasa Yunani “oikos” (rumah atau tempat tinggal) dan “logos” yang
berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan
organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkunganya atau ilmu
yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup.
Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan
merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem
terestrial dan Lentik (Odum, 1993). Ciri-ciri umum daerah aliran sungai adalah semakin
kehulu daerahnya pada umumnya mempunyai tofograpi makin bergelombang sampai
bergunung-gunung. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh
organisme. Ekosistem merupaka
tingakat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupaka satu
kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar
hubungan. Ekosistem tidak hanya mencangkup spesies tumbuhan dan hewa saja,
tetapi segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem itu serta
energi yang menjadi sumber kekuatan (Black, 1991).
Di dalam sungai terdapat tingkatan organisme yaitu
spesies. Spesies adalah tingkatan taksonomi terendah dimana anggotanya tidak
terisolir secara reproduktif, yang dimaksud terisolir ialah tidak mempunyai
keturunan. Kemudian masuk ke tingkatan selanjutnya ialah populasi yang
merupakan kumpulan kumpulan organisme satu spesies yang menempati ruang yang
sama dan dalam waktu tertentu(Odum, 1993).
Populasi
dapat di deskripsikan dengan melihat parameter-parameternya, salah satunya
ialah dengan menghitung kelimpahan absolutnya. Kelimpahan absolut dapat
dilakukan dengan menggunakan metode sensus, metode kuadrat, yang bergantung
pada heterogenitas dandistribusi spasial, temporal, dan capture and recapture methods. Komunitas merupakan kumpulan dari
populasi dalam ruang dan waktu yang sama. Untuk menguku suatu komunitas dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter diantaranya: kekayaan spesies,
komposisi setiap populasi bebeda-beda dan abstraksi yang menjadi indeks-indeks
yaitu indeks keragaman, indeks pemerataan dan indeks dominan.
Makrobenthos hidup
di perairan yang kualitas airnya mendukung. Kualitas air yang mendukung
meliputi suhu, pH, kecepatan arus, dan oksigen terlarut. Makrobenthos yang
hidup di kualitas air yang baik akan memiliki jumlah spesies banyak.
Makrobenthos dalam pergerakannya dengan cara merapung. Perggerakan merapung
makrobenthos dipengaruhi oleh arus yang mengalir (Akhirani, 2004). Makrobenthos
memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa
tingkatan tropik pada rantai makanan. Peranan penting tersebut dikarenakan makrobenthos
dapat mengubah materi-materi
authokton dan alokhton, sehingga memberi kemudahan mikroba untuk mengubah bahan
organik menjadi bahan anorganik.
Bentik atau bentos merupakan
orgenisme yang hidupnya pada permukaan air atau di dalam dasar suatu perairan,
dengan cara menempel pada batu, pasir, atau lumpur (Syamsudin dan Komar, 1982).
Bentik sungai memiliki karateristik mengikuti arus air yang mengalir pada suatu
sungai. Ekosistem dalam perairan terbagi menjadi ekosistem lentic dan lotic.
Sungai merupakan tipe perairan mengalir. Odum (1993), menyatakan bahwa perairan
mengalir adalah suatu bentuk ekosistem yang mempunyai ciri khas yaitu adanya
aliran air yang menuju kesatu jurusan dan mendapat tambahan air baru dari satu
jurusan yang lebih tinggi tempatnya.
Sifat bentik suatu perairan
cenderung mendiami daerah dalam sungai. Pola ekosistem sungai mengikuti pola
aliran dari hulu hingga hilir. Bentik pada perairan seperti sungai sangat
berperan dalam rantai makanan suatu ekosistem, seperti dalam proses dekomposisi
dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta menduduki
beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993).
Perubahan kondosi pada suatu
perairan sangat mempengaruhi hewan makrobentos yang ada pada perairan tersebut.
Menurut Pradinda (2008), menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena makrobentos
memiliki pola hidup yang relatif menetap sehingga hewan tersebut selalu
melakukan kontak dengan asupan-asupan limbah yang masuk tiap harinya. Adaptasi
yang dilakukan oleh makrobentos terhadap lingkungannya inilah yang menimbulkan
kesan hewan ini dapat merekam hal yang terjadi pada perairan (Odum, 1993).
Makrobentos memiliki peranan
ekologis yang penting yaitu sebagai penyedia makanan bagi hewan yang tingkatan
tropiknya lebih tinggi, berperan dalam menyuburkan dasar perairan, berperan
sebagai bioindikator lingkungan perairan, sebagai rantai penghubung dalam
aliran energi dan siklus materi. Komposisi genus dan kelimpahan makrobentos
dapat dikontrol dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor kimia,
faktor fisika, maupun faktor biologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah
suhu, arus, salinitas, kadar oksigen didalam air, PH, kandungan bahan organik
dalam air, bioturbasi dan pemangsaan (Odum, 1971).
Makrobentos hidup di setiap perairan
yang memiliki kisaran toleransi yang sesuai dengan dirinya. Dalam hidupnya
makrobentos memiliki sifat pergerakan yang berbeda, yaitu bergerak secara pasif
dan bergerak aktif. Makrobentos yang bergerak secara aktif dilakukan untuk
mencari sumber makanan dan mencari daerah dengan substrat yang cocok,
pergerakan ini biasa disebut dengan perilaku merapung (Otto, 1976). Pada saat
makrobentos merapung lama waktu yang diperlukan untuk turun kedasar sungai dan
hidup sebagai bentos bergantung dari kecepatan arus, property fisik dari hewan
tersebut (ukuran tubuh, kepadatan dan perilaku hewan), (Mc Lay, 1970 dalam
Setijanto, et al. 1998).
Selain untuk mencari sumber makanan
dan substrat yang cocok, perilaku merapung juga bertujuan untuk menghindari
diri dari predator, menghindari diri dari pengaruh persaingan antarspesies,
menghindari diri dari pengaruh lingkungan yang kurang baik akibat adanya
pencemaran dan pergerakan yang berhubungan dengan kehidupannya. Sedangkan
pergerakan makrobentos yang secara pasif terjadi karena tidak sengaja terbawa
oleh arus sungai sehingga makrobentos tersebut berpindah tempat (Hauer dan
Limberty, 1996).
Arus merupakan faktor fisika yang
mempengaruhi keberadaan dan distribusi organisme makrobentos dari suatu habitat
tempat hidupnya. Makrobentos biasanya lebih suka hidup pada daerah yang
kecepatan arusnya rendah dan memiliki suhu yang sesuai dengan kisaran
toleransinya. Suhu di perairan sungai sangatlah dipengaruhi oleh musim,
komposisi sedimen, sirkulasi udara, tingkat kecerahan air, luas permukaan air
yang langsung mendapat sinar matahari, aliran dan kedalam dari perairan
tersebut. Peningkatan temperatur (suhu) dari suatu perairan menyebabkan
penurunan kelarutan gas dalam air dan menyebabkan terjadinya peningkatan
dekomposi bahan organik oleh mikroba (Akhirani, 2004).
Selain faktor fisika, faktor kimia
pun sangatlah mempengaruhi hewan untuk dapat hidup pada suatu perairan
tertentu. Salinitas (kadar garam) dari suatu perairan itu memiliki nilai yang
berbeda-beda. Salinitas dapat berfluktuasi baik secara spasial maupun secara
temporal. Secara spasial, gradien salinitas dapat terjadi baik secara vertikal
ataupun secara horizontal, sedangkan secara temporal tergantung pada musim dan
siklus pasang surut air. Ketersediaan oksigen diperairan berasal dari aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen terjadi secara
langsung dari udara kedalam air, aliran arus dan air hujan (Akhirani, 2004).
Perubahan salinitas pada suatu
perairan lebih kecil pengaruhnya dibandingkan dengan perubahan suhu terhadap
oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen merupakan faktor yang penting dalam
lingkungan sekitar benthos itu tinggal dan hidup. Organisme yang hidupnya
berada pada kedalaman tertentu akan menghadapi kondisi yang bebas oksigen
(Odum, 1993).